Ciri-ciri Cendekiawan Orientalis

Dr Syamsuddin Arief MA

Tak sulit mengidentifikasi cendekiawan orientalis, karena ciri-cirinya telah diterangkan dalam al-Qur’an.

Pertama,

Selalu membangkang dan membantah


وَإِنَّ الشَّيَاطِينَ لَيُوحُونَ إِلَى أَوْلِيَائِهِمْ لِيُجَادِلُوكُمْ

وَإِنْ أَطَعْتُمُوهُمْ إِنَّكُمْ لَمُشْرِكُونَ

“….Sesungguhnya syaitan itu membisikkan kepada kawan-kawannya agar mereka membantah kamu; dan jika kamu menuruti mereka, Sesungguhnya kamu tentulah menjadi orang-orang yang musyrik(6:121).

Meskipun ia kenal, tahu dan faham, tapi tak pernah mau menerima kebenaran. Seperti ingkarnya Firaun berikut hulu-balangnya, zulman wa ‘uluwwan, meski hati kecilnya mengakui dan meyakini (wa istayqanat-ha anfusuhum). Mereka selalu mencari argumen untuk menyanggah dan menolak kebenaran demi mempertahankan opininya. Yang penting baginya bukan kebenaran tapi pembenaran. Dalam tradisi keilmuwan Islam, sikap membangkang semacam ini disebut al-‘inadiyyah.
Baca entri selengkapnya »

RELATIVISME DAN PENODAAN AGAMA

Oleh: Dr. Adian Husaini
(Peneliti INSISTS)

Kasus gugatan atau permohonan judicial review terhadap UU Nomor 1/PNPS/1965 tentang Penyalahgunaan dan/atau Penodaan Agama masih terus bergulir. Gugatan diajukan oleh 11 (sebelas Pemohon) yang terdiri dari 7 (tujuh) Pemohon LSM yakni Imparsial, Elsam, PBHI, Demos, Setara, Desantara, YLBHI dan 4 (empat) Pemohon perorangan yakni Abdurahman Wahid, Musdah Mulia, Dawam Rahardjo, dan Maman Imanul Haq. Mereka mewakilkan kepada 56 advokat dan aktifis bantuan hukum yang tergabung dalam Tim Advokasi Kebebasan Beragama.
Baca entri selengkapnya »